Jelajahi Web

Budaya Tabe' yang Terancam Hilang


Tana Luwu
Samsudar Syam
Sistem informasi yang tidak bisa dibendung saat ini sangat berdampak buruk terhadap budaya. Tabe' salah satunya.

Tabe' jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah permisi. Tabe' sendiri di tanah kehalirannya Tana Luwu sudah berganti istilah. Sungkem, begitu banyak orang menyebutnya di kekinian.

Anggapan ketika menyebut Tabe' di sebuah tulisan sudah jarang kita dapati. Kebanyakan mengikuti tren yang berkembang, biar tulisannya dibilang menggunakan bahasa baku-lah, ikut tren-lah, atau apalah alasannya biar tidak dibilang ke Luwu-an.

Padahal, Tabe' adalah sebuah budaya sakral dalam kehidupan di Tana Luwu. Satu kata ini merupakan penjaga garis antara yang tua dan muda, si jago dan sebentar lagi jago, si kaya dan sebentar lagi kaya, si ehem dan mau dibilang ehem.

Pembatas ini bukan batas yang harus dipahami dengan paham feodal, tapi sejatinya adalah pembatas untuk mencegah hal-hal yang bisa merusak tatanan.

Tatanan yang dimaksudkan disini adalah saling menghormati. Nah, ketika Tabe' sudah hilang, maka hilang pula-lah rasa hormat itu. Buktinya? Anda bisa cek di sosial media, bagaimana seseorang mengumbar hal yang tidak penting untuk merusak satu sama lain.

Saya tidak menuliskan secara detail tentang Tabe'. Tapi, saya hanya membuka wacana tradisi yang perlahan hilang.

Tulisan ini juga merupakan inspirasi dari mantan Kadis Pariwisata Kota Palopo, Ansir Ismu. Dialah yang selalu menyuarakan Tabe' agar dibumikan, tapi hampir banyak telinga tertutup mendengar idenya itu.

Tabe', kalau ulasan ini belum lengkap. Sebab terkait Tabe', sangat dalam pemaknaan dan praktiknya.

Salam Tana Luwu

Samsudar Syam

0 Response to "Budaya Tabe' yang Terancam Hilang"